Articles

Dansa Teriringi Lengang. Selasar yang menyempit membuatku… | by jane | Sep, 2024

0
Please log in or register to do it.


Selasar yang menyempit membuatku terhimpit di perantara. Kutelusuri ruang yang tersisa sedikit pancaran cahaya secara berulang. Setapak kaki membekas di atas ubin abu. Hitam. Bukan corak warna-warni. Bukan sekadar lambang ketidakhadiran, melainkan kekuatan, kesunyian, kewibawaan.

Kata berlabun-labun dengan angin. Semak-semak ria berdansa gemulai. Bunga mawar saling bahu-membahu di tengah dingin. Bintang menggantikan mentari di malam buta, memestakan sunyinya sempit. Aku sudah cukup bertaruh dengan seseorang depan cermin. Kuberbaring mengangkat kedua kaki di tengah lengang karena tak tahu lagi harus berperan apa. Semua pertanyaan hanya menemukan jalan buntu dalam rekaan. Ku bernyanyi dalam sewindu sambil menutup kedua mata, seakan hanya ingin menciptakan bayangan di kepala dan tak ingin memandang realita. Memang meninggalkan cerita tak semudah menaruh gelas kosong di atas bidang datar. Memang tak mudah untuk beranjak dari lorong ke lorong. Memang tak mudah untuk menulis titik pada akhir sebuah narasi. Memang bukan perkara mudah untuk menganggap diri ini terhormat.
Banyak tutur kata berbisa yang suatu saat hanya akan berakhir menyisakan omong kosong saat buah bibir berhenti berbahasa. Namun, sebelum itu ragaku harus perlahan-lahan teracuni seperti bagaimana mestinya. Lalu, hancur? Itu yang ingin kau utarakan? Iya. Tepat dugaanku. Tetapi sibiran yang hancur kan kusatukan dan kuhias kembali.

Alhasil, kepingan raga yang hancur berubah menjadi lebih elok. Ia berubah menjadi pajangan langka tak bernominal yang mencuri pandang banyak manusia setiap mereka berkunjung ke ruang itu. Ruang yang sebelumnya berdebu, berisi sedu, bahkan tak mengenal kata rindu akan dunia. Walaupun begitu. Aku bangga. Ia adalah aku. Ia mau bertahan, mau merasakan hampa dengan berdansa di lengangnya sempit, ia mau mendengar bisikan bagi raganya untuk keluar dari hening yang bersarang, ia mau memperbaiki apa yang rusak, menyatukan apa yang hancur, merayakan segala yang tertutup rapat, memamerkan senyum, tangisan pertama setelah berkurun-kurun tinggal diam dengan tampang rata. Ia telah berani menjadi cahaya di pertengahan gelap.



Source link

(Cindy Grace) Home Healthcare Business Startup on a Budget: How to Start, Run and Grow Your Own Home care, Senior Care and Home Health Care Company PDF Ebook | by Dr. Westley Bernhard II | Sep, 2024
Which Department is Most Affected by AI? | by Umair Afzal | Sep, 2024
Ads by AdZippy

Your email address will not be published. Required fields are marked *