Articles

Jangan Pernah Berhenti Belajar. Seperti otot yang terbentuk saat rajin… | by Maria Rizky Amalia | Jul, 2024

0
Please log in or register to do it.


Saya senang sekali membaca buku-buku self-improvement. Saya jadi banyak mempelajari hal-hal baru tentang kebiasaan dan pola pikir yang seharusnya sudah tertanam dan terbentuk sejak lama karena pentingnya hal itu dalam perkembangan diri. Namun hal-hal penting itu baru saya ketahui belakangan ini, di umur yang tidak lagi mudah membentuk karakter dan kepribadian yang teratur, di masa yang tidak semudah dulu untuk mengingat dan menyerap ilmu-ilmu baru. Di tengah-tengah rasa pesimis ini, saya kemudian membaca dan terus membaca lagi dan menemukan beberapa hal menarik tentang proses yang terjadi di otak saat kita terus belajar dan ingin tahu.

Saya bukan pakar atau ahli, mungkin hanya terlampau bersemangat membagikan insight-insight menakjubkan yang saya dapatkan dari membaca banyak buku. Saya ingin orang lain juga tahu apa yang saya ketahui, agak sedih rasanya jika orang lain mengalami hal yang sama: terlambat menyadari kesalahan dalam pola pikir dan kebiasaan yang membuat kita harus memulai segalanya dari awal sendirian. Ruang diskusi terbuka lebar untuk meluruskan jika saya melakukan kesalahan dalam segi kebahasaan yang mungkin menggeser makna sebenarnya atau pun hal lain yang sekiranya perlu untuk menjadi bahan koresi bersama.

Masih dalam rasa semangat belajar, saya menemukan sebuah istilah yang krusial dalam proses belajar dan memori saat membaca buku How to Built a Healthy Brain oleh Kimberly Wilson, yaitu Neurogenesis. Neurogenesis adalah proses pembentukan sel-sel otak baru dan koneksi baru antar neuron-neuron (sinapsis) di otak. Sejauh ini telah diyakini bahwa neurogenesis hanya terjadi pada masa anak-anak, dan setelahnya proses ini mengalami penurunan seiring hilangnya sel-sel otak secara bertahap sepanjang masa dewasa.

Kita mungkin familiar dengan masa golden age, yaitu periode emas dalam perkembangan anak-anak di awal masa kehidupannya. Mengutip dari laman dinas kesehatan, penelitian mengatakan sekitar 50% kecerdasan orang dewasa mulai terbentuk di masa ini. Untuk itu, sangat penting bagi orang tua untuk memberikan perhatian ekstra terhadap tumbuh kembang anak dengan memastikan pemenuhan gizi yang cukup dan memberikan stimulasi yang mendukung perkembangan kecerdasannya.

Namun, yang perlu kita ketahui bersama adalah neurogenesis ternyata tidak berhenti di situ. Saat ini, penelitian-penelitian telah mengkonfirmasi bahwa neurogenesis juga terjadi di otak orang dewasa, meskipun dalam level yang lebih rendah.

Saat mempelajari hal-hal baru—entah itu memecahkan soal matematika dengan langkah yang kreatif dan berbeda, belajar memasak opor, mengendarai motor, atau bahkan mempelajari fakta tentang otak seperti yang kita lakukan saat ini—otak kita harus mengakomodasi informasi baru tersebut ke dalam sistemnya. Bagaimana cara otak melakukannya? Dengan membentuk sel-sel baru dan membuat koneksi baru (sinapsis) antar sel-sel otak yang sudah ada! Ini berarti, saat kita mempelajari hal-hal baru, kita sebenarnya sedang membentuk dan memperkuat otak kita.

Dalam buku Mindset karya Carol S. Dweck dijelaskan bahwa kualitas dasar manusia seperti kecerdasan atau intelijensi (IQ) bisa ditingkatkan. Selama ini banyak yang mengira bahwa IQ adalah kualitas permanen yang dibawa sejak lahir dan tidak bisa diubah. Namun, faktanya, dengan pengalaman belajar yang optimal dan bermakna, mempelajari dan mengeskplor hal-hal baru, kualitas-kualitas dasar manusia—termasuk intelijensi—bisa ditingkatkan.

Bahkan Alfred Binet, pencetus tes IQ, percaya bahwa kualitas seseorang—termasuk intelijensi—dipengaruhi oleh latar belakang, lingkungan, pengalaman, dan cara belajar, bukan hanya bawaan sejak lahir. Tujuan utama Binet mendesain tes kecerdasan (IQ) adalah untuk mengidentifikasi anak-anak yang hasil belajarnya tidak optimal di sekolah umum di Paris, sehingga program dan strategi belajar yang baru bisa dirancang untuk mengembangkan diri mereka. Skor IQ hanya menyatakan kemampuan seseorang di saat itu, namun tidak menjamin sama sekali bagaimana kualitas tersebut di masa mendatang. Tanpa menyangkal bahwa memang secara alami ada anak-anak yang lebih cerdas dan cepat belajar, Binet percaya bahwa pendidikan dan latihan bisa membawa perubahan yang fundamental dalam kecerdasan.

Dalam buku utamanya, Modern Ideas About Children, dijelaskan bahwa beberapa filsuf modern menyatakan kecerdasan individu merupakan kuantitas tetap yang tidak bisa ditingkatkan, Binet dengan tegas mengatakan kita harus memprotes dan bereaksi terhadap pesimisme brutal seperti ini. Bahwasanya dengan latihan, kerja keras, dan yang paling penting adalah strategi dan cara belajar yang tepat kita bisa meningkatkan perhatian, daya ingat, nalar, yang pada intinya kita bisa menjadi lebih cerdas dari sebelumnya.

Kalau dalam buku sejuta umat, Atomic Habits, James Clear menjelaskannya dengan apik, “Seperti otot yang bereaksi/terbentuk saat latihan terus-menerus, olahraga, atau bekerja, otak juga beradaptasi menjadi lebih cerdas saat sering digunakan… Ahli matematika mengalami penambahan gray matter dalam lobulus parietalis inferior, yang sangat berperan dalam komputasi dan kalkulasi. Ukurannya berhubungan langsung dengan jumlah waktu yang dikerahkan untuk menguasai bidang itu. Makin tua dan berpengalaman seorang matematikawan, makin besar pertambahan gray matter-nya. Musisi memiliki serebelum yang lebih besar daripada orang yang bukan musisi. Pengemudi taksi memiliki hipokamus lebih besar dibanding bukan pengemudi.”

Jadi, jangan pernah berhenti belajar dan ingin tahu hal-hal baru, ya! Proses belajar kita memengaruhi perkembangan otak!

Dalam How to Build a Healthy Brain juga dijelaskan bahwa dengan kita banyak mempelajari hal baru, termasuk dengan banyak membaca, bisa menurunkan risiko demensia (pikun). Sebab kita sudah menabung sel-sel otak untuk masa pensiun otak di usia tua. Ketika demensia mulai mensabotase sel-sel otak, kita masih punya banyak simpanan untuk berfungsi dengan normal. Secara konsisten juga telah dibuktikan dalam penelitian, bahwa tingkat pendidikan seseorang memengaruhi risiko terkena demensia dan penyakit Alzheimer. Semakin lama pendidikan formal yang kita tempuh (semakin lama durasi belajar yang diakumulasi), semakin rendah risiko terkena demensia. Hal ini tentu di luar faktor-faktor lain seperti kesehatan dan status sosial-ekonomi seseorang.

Lifelong learning

Sumber:

Wilson, Kimberley. (2021). How to Build a Healthy Brain: Reduce Stress, Anxiety and Depression and Future-Proof Your Brain. S.L., Yellow Kite.

Dweck, Carol. Mindset: Changing the Way You Think to Fulfill Your Potential. London, Robinson, 2006.

Clear, James. Atomic Habits. New York, Penguin Publishing Group, 16 Oct. 2018.



Source link

A Lesson From the Largest IT Outage in History | by B. Wright | Jul, 2024
Discover Your Peak Productivity: Embrace Your Unique Rhythm | by Harmony Woodington C.Ht. | Jul, 2024
Ads by AdZippy

Your email address will not be published. Required fields are marked *