Halo, Srikandi hebat!
Namun, apakah yakin sudah menjadi hebat? Bukankah masih terjadi perilaku menjatuhkan sesama perempuan dan mendiskriminasi? Membentuk kelompok tanpa memperhatikan inklusivitas terhadap perempuan lainnya, selalu ingin terlihat lebih unggul sendiri, meninggalkan yang lain, dan merasa tersaingi. Bahkan, lebih mengabdikan diri kepada laki-laki tanpa memperhatikan kebutuhan sesama perempuan.
Srikandi masa kini selalu bersorak ingin melawan patriarki dan menjadi perempuan yang hebat, kuat, mampu menyuarakan keadilan. Namun, pada realitasnya, perlu dipertanyakan lagi: bagaimana bisa hal tersebut terwujud sedangkan di dalam internalnya saja terdapat deteriorasi antar perempuan?
Mendukung sesama perempuan merupakan bagian dari internal untuk terciptanya solidaritas dan kesatuan, menjadi salah satu cara mewujudkan perlawanan terhadap patriarki dan mencapai keadilan kesetaraan gender. Agar tidak hilangnya kekuatan dan perpecahan internal, membangun solidaritas yang kuat, diperlukan adanya kesadaran akan pentingnya mendukung sesama perempuan, terutama dalam dukungan konkret seperti sumber daya, kesempatan, dan jaringan yang memungkinkan perempuan untuk berkembang bersama.
Akar penyebab munculnya asumsi “wanita lemah”. Hal tersebut mungkin muncul karena merosotnya solidaritas antar perempuan, hilangnya dukungan, dan sikap saling membiarkan perempuan lain lemah, serta lebih memfokuskan diri sendiri tanpa merangkul yang lain. Meskipun kita selalu menolak dan sangat tidak menerima asumsi tersebut, namun tindakan yang menimbulkan asumsi tersebut masih terjadi. Oleh karena itu, mari kita berdiskusi tentang kasus merosotnya solidaritas antar perempuan yang terjadi di lapangan, dan tantangan serta peluang yang ada.
Banyak sekali tantangan yang terdapat pada internal perempuan namun kita akan membahas 4 gambaran yang cukup kuat tentang keadaan umum sering terjadi supaya memudahkan kita juga untuk sedikit demi sedikit menumbuhkan kesadaran dan melakukan perubahan!
Kasus dan tantangan :
1. Diskriminasi dalam pertemanan dan pembentukan kelompok tertutup (sircle)
Sebagian perempuan masih mendiskriminasikan dalam pertemanan dan membentuk kelompok tersendiri atau lebih disebut dengan “sircle”. Masih sangat sulit untuk terlepas dari hal tersebut. Terkadang kelompok ini saling membicarakan dan menjatuhkan perempuan lainnya baik karena permasalahan laki-laki atau personalnya yang dianggap tidak sesuai dengan kehidupan mereka. Meskipun kelompok ini mungkin memiliki sisi positif yakni orang-orang satu frekuensi dan saling mendukung, namun demikian, ada sebagian perempuan merasa diabaikan, merasa tidak pantas berteman, dan diasingkan sehingga mempengaruhi psikologis percaya diri mereka. Terkadang merasa lemah dan tidak memiliki dukungan.
2. Devosi patriarkal
Bagi perempuan yang masih menempuh pendidikan dan belum menikah, pasti menemukan kejadian di mana seorang perempuan lebih memfokuskan membantu, menolong, memperhatikan laki-laki baik itu dalam pekerjaan atau tugas. Namun, sayangnya, mengabaikan sebagian teman perempuan yang masih sama-sama merasa kesulitan. Hal ini terjadi karena salah satunya untuk berkeinginan mendapatkan perhatian dan validasi dari laki-laki. Hal tersebut adalah sikap yang menimbulkan perasaan diabaikan dan kurang dihargai di kalangan perempuan, yang akhirnya mengurangi dukungan dan soliditas antar perempuan.
3. Rivalitas egois
Gengsi yang terlalu tinggi dalam jiwa perempuan menimbulkan persaingan yang tidak sehat. Selalu ingin terlihat lebih unggul tanpa memperhatikan kepentingan bersama. Rivalitas ini bisa menghambat solidaritas dan merusak hubungan antar perempuan. Bahkan, akan memunculkan sikap mencemoohkan dan menjatuhkan.
4. Kritik Destruktif dan Menjatuhkan
Bullying secara tidak sadar masih terjadi dalam lingkup perempuan, dimana berkomentar negatif dan menjatuhkan sesama perempuan masih sering terjadi. Hal ini mungkin disebabkan oleh perasaan tersaingi, ketidakmampuan menerima kepribadian perempuan lainnya, fokus pada kekurangan, dan sebagainya. Alasan-alasan ini mendorong sebagian perempuan untuk melakukan kritik destruktif dan menjatuhkan. Terlebih lagi, adanya standar kecantikan yang tidak realistis dan fenomena body shaming juga turut memperburuk situasi ini. Meskipun seorang perempuan memiliki penampilan yang cantik, dia masih bisa mendapatkan komentar negatif karena perasaan tersaingi dan rasa kecemburuan yang muncul. Sikap-sikap ini memiliki dampak buruk terhadap kepercayaan diri perempuan, merusak solidaritas, dan memperburuk hubungan antar sesama perempuan yang seharusnya saling mendukung, namun malah saling menjatuhkan. Hal ini sangat menghambat kemampuan seorang perempuan untuk saling merangkul dan berkembang.
Peluang :
1. Tidak ada salahnya bersirkel, namun alangkah lebih baiknya tidak mengabaikan teman perempuan kita yang lainnya dan senantiasa memberikan dukungan serta merangkul.
2. Menolong tidak memandang gender, namun jika menolong lebih berpihak pada salah satu pihak, maka hal tersebut bisa dianggap sebagai kesalahan. Seorang perempuan yang hebat adalah yang mampu menolong sesama perempuan lainnya dan menjadi nilai tambah yang mendapatkan rasa percaya dan perhatian dari perempuan dan laki-laki, sehingga hal tersebut menjadi hal yang setara.
3. Ciptakan persaingan yang sehat. Sebagai perempuan, sudah seharusnya selalu berkembang dan meningkatkan kualitas diri. Namun, melakukan perbandingan dan menjatuhkan orang lain bukanlah kualitas diri yang baik. Berikan motivasi kepada sesama perempuan, merangkul bersama, dan ciptakan kesadaran bahwa semua wanita tidak lemah dan harus saling mendukung.
4. Senantiasa bersyukur dengan diri sendiri dan memandang perempuan lain sebagai pembelajaran bagi diri sendiri, bukan sebagai bahan cemoohan. Saling membantu, memberikan afirmasi yang baik, serta berkomentar dengan positif akan membantu terciptanya hubungan erat antara perempuan dan akan mampu menciptakan kebersamaan untuk melawan patriarki dan mendorong tumbuhnya keadilan kesetaraan gender.
Nah, mari tunggu apalagi? Perempuan hebat adalah perempuan yang membangun solidaritas yang kuat dan baik sesama perempuan, membuang perilaku negatif. Bukan hanya bersorak, tapi bertindak!